Ns. Supriadi, M.Kep
(Dosen Keperawatan Medikal Bedah STIKes Hamzar, Email : Supriadi0720@gmail.com)
Hari ini tepat tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia. Hipertensi merupakan Penyakit tidak menular yang menempati urutan kedua setelah stroke di Indonesia. Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebut juga dengan julukan “the silent killer” (pembunuh diam-diam) dikarenakan orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala (asimptomatik), artinya adalah penyakit ini bisa menyebabkan kematian tanpa diketahui terlebih dahulu oleh penderitanya mengalami tekanan darah tinggi atau tidak. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian separuh dari penderita hipertensi tidak menyadari dirinya terkena hipertensi. Oleh sebab itu, kita harus mulai menyadari sedini mungkin akan pentingnya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin agar kita mengetahui kondisi kesehatan kita. Jika kita mengalami hipertensi, supaya segera mendatangi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan secepat mungkin.
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Tekanan darah tersebut erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung.
Adapaun Jenis dari hipertensi adalah (1) hipertensi primer (esensial) merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi primer, beberapa sumber juga mengatakan hipertensi primer merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi, hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol, (2) hipertensi sekunder (non esensial) merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya adalah penggunaan pil KB. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada orang tersebut dapat disembuhkan secara potensial.
Berdasarkan data dari World Health Organization, penyakit ini menyerang 22% penduduk dunia. Sedangkan di Asia Tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai 36%. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, kejadian hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 34,11%, sedangkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) angka kejadian hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 24,3%, megalami peningkatan juga di tahun 2018 menjadi 27,8%, akan tetapi angka kejadian ini masih di bawah rata-rata kejadian nasional.
Faktor resiko terjadinya hipertensi dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu, faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Yang termasuk dalam faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah umur, jenis kelamin dan faktor keturunan (genetik), sedangkan yang termasuk dalam faktor resiko yang dapat diubah adalah obesitas (kegemukan), psikososial (stress), merokok, olahraga, konsumsi alkohol berlebih, kensumsi garam berlebihan, hiperlipidemia/hiperkolestrolemia.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing. Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial.
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak pada dinding pembuluh darah). Komplikasi dari hipertensi bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai adalah dapat menyebabkan rusaknya organ tubuh seperti mata, ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), otak (menyebabkan stroke), dan pembuluh darah besar. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, petugas kesehatan, individu, keluarga maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya pengurangan resiko naiknya tekanan darah dan tata cara pengobatannya. Dalam penatalaksanaan hipertensi upaya yang dilakukan adalah dengan cara farmokologis (obat-obatan) dan nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup). Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, pola hidup sehat yang dianjurkan adalah dengan penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olah raga secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok.
Dalam penatalaksanaan hipertensi, perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit yang diderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko dari penyakit yang diderita. Peran sebagai educator (pendidik), perawat membantu klien mengenal kesehatan dan prosedur asuhan keperawatan yang perlu mereka lakukan guna memulihkan atau memelihara kesehatannya.
Dalam memberikan informasi kesehatan, terkait dengan hipertensi tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan orang yang menderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan penanganan hipertensi dan untuk membentuk sikap yang positif agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno tahun 2013, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian edukasi yang dilakukan oleh perawat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Peran perawat dalam melakukan promosi kesehatan sangat mempengaruhi suasana yang kondusif dalam masyarakat yang menunjang terbentuknya perilaku hidup sehat sebagai tindakan preventif terhadap penyakit hipertensi.