Ns. Supriadi, M.Kep
Dosen Keperawatan Medikal Bedah STIKes Hamzar Lombok Timur
Email : Supriadi0720@gmail.com

Pendahuluan

Pressure ulcer merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan neurologis, penyakit kronis, penurunan status mental, pasien yang dirawat di ruang Intensive (ICU), onkologi, dan pasien dengan ortopedik (Potter & Perry, 2010). Pressure ulcer merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran, gesekan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014).

Angka kejadian pressure ulcer di Amerika Serikat yaitu berkisar 3 – 11 % pada unit perawatan akut dan 24 % pada unit perawatan jangka panjang (Ayello, 2007). Fasilitas perawatan akut di Amerika Serikat memperkirakan 2,5 juta Pressure ulcer ditangani setiap tahunnya (Reddy et al, 2006). Data ini susah untuk didapatkan di Indonesia, akan tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di berbagai Rumah sakit didapatkan angka kejadian yang bervariasi diantaranya adalah : di Rumah Sakit Pontianak ruang Intensive Care Unit (ICU) mencapai 33,3% (Suriadi et al, 2007), di Siloam Hospital ruang unit stroke (Neuroscience Unit) sebesar 37,5% (Tarihoran, et al 2010), di RSUD Abdoel Moeloek Provinsi Lampung di ruang unit bedah didapatkan angka kejadian pressure ulcer sebesar 26,67% (Handayani, et al, 2011).

Kejadian pressure ulcer akan menimbulkan komplikasi yang serius pada kesehatan pasien, kualitas hidup pasien, dan bisa menyebabkan sepsis, bahkan sampai menyebabkan kematian, oleh karena itu pencegahan harus menjadi fokus utama daripada penyembuhan, pressure ulcer sebenarnya bisa dicegah dan biayanya lebih murah dibanding untuk pengobatan (Ayello, 2007 & Hopkin et al, 2000).

Pencegahan pressure ulcer merupakan prioritas pada pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi (Potter & Perry, 2006). Langkah utama pencegahan terjadinya pressure ulcer adalah keakuratan pengkajian resiko terjadinya pressure ulcer sehingga perawat dapat menetapkan dan melaksanakan intervensi untuk pencegahan (Kottner 2009). Instrumen yang paling banyak digunakan serta direkomendasikan dalam mengkaji resiko terjadinya pressure ulcer antara lain : Skala Norton, Braden, dan Skala Waterlow (Jaul, 2010).

Instrumen Pengkajian Resiko Terjadinya Pressure Ulcer

Skala Norton

Skala Norton pertama kali ditemukan pada tahun 1962, dan skala ini menilai lima faktor resiko terhadap kejadian pressure ulcer diantaranya adalah : kondisi fisik, kondisi mental, aktivitas, mobilisasi, dan inkontinensia. Total nilai berada diantara 5 sampai 20. Nilai 16 di anggap sebagai nilai yang beresiko (Norton, 1989), sedangkan pada penelitian yang dilakukan  oleh Carville (2007), apabila mencapai skor 14 sudah dinyatakan diambang resiko pressure ulcer dan bila skor ≤ 12, dinyatakan beresiko tinggi terjadinya pressure ulcer.

Skala Braden

Pada Skala Braden terdiri dari 6 sub skala faktor resiko terhadap kejadian pressure ulcer diantaranya adalah : persepsi sensori, kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi, pergeseran dan gesekan. Nilai total berada pada rentang 6 sampai 23, nilai rendah menunjukkan resiko tinggi terhadap kejadian pressure ulcer (Braden dan Bergstrom, 1989). Apabila skor yang didapat mencapai ≤ 16, maka dianggap resiko tinggi mengalami pressure ulcer (Jaul, 2010). Berdasarkan penelitian tentang validitas instrumen pengkajian resiko pressure ulcer untuk skala Braden di ruang ICU mempunyai sensitivitas 83% dan spesifitas 90% dan di nursing home mempunyai sensitivitas 46% dan spesifitas 88%, sedangkan diunit orthopedic mempunyai sensitivitas 64% dan spesifitas 87%, dan diunit Cardiotorasic mempunyai sensitivitas 73% dan spesifitas 91% (Bell J, 2005).

Skala Waterlow

Hasil revisi pada tahun 2005, pada skala Waterlow terdapat sembilan kategori klinis yang  meliputi : tinggi badan dan peningkatan berat badan, tipe kulit dan area resiko yang tampak, jenis kelamin dan usia, skrining malnutrisi,  mobilitas, malnutrisi jaringan, defisit neurologis, riwayat pembedahan atau trauma, serta riwayat pengobatan (AWMA,2012). Semakin tinggi skor, semakin tinggi resiko terjadinya pressure ulcer. Skor ≥ 20 diprediksi memiliki resiko sangat tinggi terjadinya pressure ulcer (Carville, 2007).

Skala Gosnell

Skala Gossnell pertama kali ditemukan pada tahun 1973, skala ini mengacu pada skala Norton,  namun pada skala ini juga ada beberapa point penilaian yang digantikan seperti : kondisi fisik menjadi nutrisi, dan inkontinensia dirubah menjadi kontinensia. Skala ini menilai lima faktor diantaranya adalah : status mental, kontinensia, mobilisasi, aktivitas, dan nutrisi, total nilai berada pada rentang antara 5 sampai 20 dimana total nilai tinggi mengidentifikasi resiko kejadian pressure ulcer (Gosnell, 1987). Sedangkan menurut Carville (2007), lima parameter tersebut digolongkan lagi menjadi 3 – 5 sub kategori, dimana skor yang lebih tinggi mempunyai resiko lebih besar terhadap kejadian pressure ulcer.

Skala Knoll

Skala ini dikembangkan berdasarkan faktor resiko pasien yang berada di ruang perawatan akut Rumah Sakit Besar. Pada skala ini ada delapan faktor resiko terhadap kejadian pressure ulcer diantaranya adalah : status kesehatan umum, status mental, aktivitas, mobilisasi, inkontinensia, asupan nutrisi melalui oral, asupan cairan melalui oral, dan penyakit yang menjadi faktor predisposisi. Total nilai berada pada rentang 0 sampai 33, nilai tinggi menunjukkan resiko tinggi terjadi pressure ulcer, nilai resiko berada pada nilai 12 atau lebih (Kozier, 2010).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil meta analisis Australian Wound Management Association (AWMA, 2012) mengindikasikan bahwa skala braden  mempunyai reliabilitas paling kuat. Scoonhoven, et al (2002) melalui penelitian dengan desain cohort prospective menyatakan braden’s scale instrument terbaik untuk prediksi pressure ulcer diunit bedah, interne, neurologi, dan geriatri jika dibandingkan Norton’s scale dan Waterlow. Skala Braden mempunyai validitas yang paling tinggi dibandingkan dengan skala yang lainnya (Satekoa & Ziakova, 2014). Skala braden lebih efektif dibandingkan dengan skala Norton  dalam  memprediksi risiko pressure ulcer di ruang ICU (Bhoki, 2014). Sedangkan menurut Mufarika (2013) skala Braden mempunyai validitas prediksi yang baik dalam memprediksi kejadian pressure ulcer.

Daftar Pustaka

Australian Wound Management Association. (2012). Pan Pacific Clinical Practice Guideline for The Prevention and Management of Pressure Injury. Australian : Cambridge Media Osborne Park.

Ayello, E. A. (2007). Predicting pressure ulcer risk. Try this: best practices in nursing care to older adults. AJN, 107(11), 45-47.

Bell, J. (2005). Are Pressure Ulcer Grading And Risk Assessment Tools Useful?. Wounds UK, 1(2), 62.

Bhoki, M.W. & Mardiyono. (2014). Skala Braden dan Norton Dalam Memprediksi Risiko Dekubitus di Ruang ICU. JRK ISSN: 2252-5068, Vol. 3, No. 2, Mei 2014.

Braden, B. J., & Bergstrom, N. (1989). Clinical utility of the Braden Scale for predicting pressure sore risk. Advances in Skin & Wound Care, 2(3), 44-51.

Carville, K. (2007). Wound Care Manual Fifth Edition. Western Australia : Silver Chain Foundation.

Handayani, R. S., Irawaty, D., & Panjaitan, R. U. (2011). Pencegahan Luka Tekan Melalui Pijat Menggunakan Virgin Coconut Oil. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(3).

Hopkins, B., Hanlon, M., Yauk, S., Sykes, S., Rose, T., & Cleary, A. (2000). Reducing Nosocomial Pressure Ulcers In An Acute Care Facility. Journal of Nursing Care Quality, 14(3), 28-36.

Jaul, E. (2010). Assessment And Management Of Pressure Ulcers In The Elderly. Drugs & Aging, 27(4), 311-325.

Kottner, J., Dassen, T., & Tannen, A. (2009). Inter-And Intrarater Reliability Of The Waterlow Pressure Sore Risk Scale : A Systematic Review. International Journal of Nursing Studies, 46(3), 369-379.

Kozier, B., ERB, G., Berman,A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik. Edisi 7, Volume 2.  Penerjemah Wahyuningsih, E., Yulianti, D., Yuningsih, Y., Lusyana, A. Jakarta. EGC.

Mufarika. (2013). Validitas Prediksi Skala Braden dan Suriadi Sanada Dalam Menentukan Risiko Kejadian Luka Tekan Pada Pasien Kritis Di Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU) Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tesis Universiras Padjajaran Bandung.

National Pressure Ulcer Advisory Panel. (2014). Pressure Ulcer Category/Staging Illustrations.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (Buku 3, Edisi 7). Penerjemah Fitriani, D.N., Tampubolon, O., Diba, F. Jakarta: Salemba Medika.

Reddy, M., Gill, S. S., & Rochon, P. A. (2006). Preventing pressure ulcers: a systematic review. Jama, 296(8), 974-984.

Suriadi, Sanada, H., Sugama, J., Kitagawa, A., Thigpen, B., Kinosita, S., & Murayama, S. (2007). Risk factors in the development of pressure ulcers in an intensive care unit in Pontianak, Indonesia. International wound journal, 4(3), 208-215.

Tarihoran, D. E. T. A. U., Sitorus, R., & Sukmarini, L. (2010). Penurunan Kejadian Luka Tekan Grade I (Non Blanchable Erythema) Pada Klien Stroke Melalui Posisi Miring 30 Derajat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(3).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *